SEJARAH ADAT TENONGAN DAN WAYANGAN
Cerita Tradisi Tenongan
Kabupaten Kebumen merupakan daerah yang kaya akan tradisi warisan leluhurnya. Tak terkecuali di Dusun Wonosari Desa Wonosari Kecamatan Tradisi Tenongan dan Wayangan masih erat terjaga dan dilestarikan khususnya pada acara Merdi Bumi ( Sedekah Bumi)
Uniknya tenong yang berisi ini harus dibawa oleh seorang wanita dan dikumpulkan di suatu tempat atau lokasi yang akan dijadikan lokasi Pagelaran Wayang Kulit . Setelah semua tenong-tenong terkumpul lalu dilakukan Do’a bersama untuk memohon keselamatan kepada Alloh SWT. Setelah do’a bersama selesai makanan yang ada didalam tenong-tenong tersebut dimakan secara bersama-sama.
Tokoh Ulama Wilayah setempat yaitu K. Sukirman, S.Pd mengatakan bahwa tradisi wanita yang membawa tenong merupakan tradisi turuntemurun yang sudah ada sejak dahulu kala. Ini dimaksudkan agar seorang istri harus berbakti kepada sang suami
Tradisi tenongan di Dusun Wonosari Desa Wonosari Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen ini, tidak hanya ada di Merdi Bumi (Sedekah Bumi) saja, namun juga ada pada acara keagamaan seperti Perayaan Idul Fitri dan Idul Adha.
Cerita Asal Mula Tradisi Wayangan
Pada jaman dahulu sekitar tahun 1800 an menurut sumber yang dimintai ketearangan yaitu Bapak Riyanto seorangTokoh dari Dusun Wonosari mengatakan ada Seorang Pendatang yang bernama Abi Sara yang konon ceritanya orang tersebut adalah orang yang baik,jujurserta rendah hati Beliau mempunyai keinginan mempunyai wilayah kekuasaan di daerah beliau tinggal.
Karena keinginan yang kuat itu, akhirnya beliau meminta petunjuk pada Alloh Subhanahuwata’ala, dan akhirnya beliaumendapatkan petunjuk untuk naik kesebuah pegunungan didaerahtersebut yang dikenal dengan nama Kebajangan untuk menemui sesorang yang bernama Nawang Wulan, pada pertemuan itu terjadilah sebuah perjanjian antara Abi Sara dan Nawang Wulan yaitu apabila Nawang Wulan siap membantu keinginan dari Abi Sara asalkan ada Sesaji atau Caos dan Abi Sara pun berjanji apabila keinginannya tercapai mempunyai wilayah kekuasaan atau sebuah Desa, maka AbiSara akan mengadakan syukuran yaitu pertunjukan Wayang (Wayangan) dan setiap akan mengadakan pertunjukan Wayang (Wayangan ) akan melaksanakan Sesaji/Caos.
Setelah Abu sara memehuni permintaan dari Nawang Wulan keinginan dari beliau akhirnya terlaksana/terkabul. Abu Sara akhirnya mempunyai Wilayah kekuasaan yang luas dimulai dengan membakar daun daunan serta pepohonan, apabila pembakaran itu sudah mati dengan sendirinya maka Luas area yang terbakar menjadi Wilayah kekuasaanya.
Setelah dibakar wilayah yang sudah menjadi lahan kosong akhirnyan ditanamai dengan berbagai macam tumbuhan. Dan konon ceritanya tanaman tersebut tumbuh sangat subur, maka dariitu Abi Sara memberi Nama daerah kekuasaanya menjadi Wanasari/Wonosari yang mempunyai arti Wono artinya Alas atau pegunungan dan Sari mempunyai arti Subur
Kenapa Wayang sampai sekarang hanya diadakan di pedukuhan Wonosari? Karena konon ceritanya Danyang/Bumi itu berbeda beda dan di Dukuh Wonosari yang menguasai adalah Danyang Ronggeng ( Yang suka hura-hura,keramaian) setelah masa kepemimpinan Abi Sara dilanjutkan oleh seseorang yang bernama Abi Yasa. Lalu dilanjutkan oleh Tumenggung Kertabahu yang menurut konon ceritanya adalah keturunan dari kerajaan Mangkunegaran Surakarta yang Makamnya sampai saat ini masih terawat dengan baik yang ada di Dukuh Wonosari.